Monday, May 14, 2012

Kami Berbeda Namun Satu (bagian 2) #YogyaTrip


*selanjutnya*

Sepertinya kalau saya jelaskan Taman Sari, Malioboro, pasar Beringharjo, sudah umum yah. Kalian para pembaca blog, mungkin lebih fasih menjelaskan tiap sudut nya dibanding saya sendiri.

Baiklah gimana kalau saya menceritakan tentang perayaan Waisak yang berlangsung pada 6 Mei di Candi Borobudur? Ini baru menarik!

Rencana yang sudah disusun rapih lagi-lagi harus berubah karena beberapa alasan. Salah satunya adalah faktor cuaca yang tidak mungkin bisa dihindari (Dibaca: Hujan).

Awalnya kami ingin mengikuti iring-iringan rombongan para biksu dari Candi Mendut ke Candi Borobudur yang berlangsung pukul 13-15 WIB. Sayangnya, baru tiba di Borobudur itu sekitar pukul 3 sore.

Patah semangat kah kami? Oh tentu tidak!

Tiba bisa melihat mereka arak-arakan, kami segera 'merapatkan barisan' (apeeeeeuuuu!) menuju ke Candi Borobudur yang merupakan candi Budha terbesar di abad ke 9.

Diiringi gerimis hujan yang tak kunjung berhenti, kami yang sempat tidak bisa masuk ke Candi dikarenakan jam operasionalnya yang tutup jam 5 sore, akhirnya bisa masuk. Kalau kata ustad saya, "Kalau niat sudah bulat, aral apapun pasti bisa dilalui."

Setibanya di area Candi Borobudur, kami langsung menuju pelataran puja bakti, yang berlatar belakang Candi Borobudur. Disana terdapat tempat beribadah, yang memang sudah jadi tradisi dikhususkan untuk perayaan Waisak.

Sebelum prosesi ibadah dimulai, kami yang memang 'banci tampil', lantas grabak grubuk mendekati Altar Puja Bhakti untuk mengabadikan diri di lensa kamera. Dan benar saja, tidak berapa lama, kami ngeksis di Altar, petugas menyuruh kami semua untuk segera turun karena ibadah akan segera dimulai.

Dari awal rencana ini dibuat, tujuan kami memang cuma satu sih. Ingin ikut-ikutan umat Budha lainnya untuk menerbangkan lampion ke langit sambil mengucapkan harapan.

Berhubung di dekat Altar puji sudah tidak memungkinkan kami untuk duduk santai, 'kaburlah' kami semua ke belakang altar atau lebih tepatnya mendekati Candi Borobudur.

Seolah mendapat tempat spot yang lebih cihuii untuk berfoto, lagi-lagi gerimis yang sepertinya betah mengguyur kita tidak menjadi halangan HAHAHA!

Foto-foto narsis kami bisa dilihat di bawah ini:



















Semangat kami yang mulai mengendur karena cukup lama menunggu mereka beribadah, muncul kembali ketika akan dilaksanakan Pradaksina. Pradaksina merupakan salah satu rangkaian Waisak, dimana sekitar 300 Biksu berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali sambil membawa lilin. Prosesi ini berlangsung sekitar pukul 21:00 WIB.

Sebenarnya prosesi Pradaksina ini bisa diikg uti oleh umat beragama lain, tapi kami enggan melakukannya. Mungkin karena sudah kecapaian kali yah hehehe..

Pradaksina selesai kira-kira pukul 22:00, dan tibalah saatnya melepaskan lampion. Lampion ini bukan secara cuma-cuma diberikan, kami harus merogoh kocek Rp 100 ribu. Di lampion tersebut, tertulislah nama saya (Adinda), Ajeng, Mini, Dami, Ivo dan Erwan.

Acara pelepasan lampion dimulai oleh 'tetua' Biksu, dilanjut para pejabat yang berwenang, setelah itu baru kami para masyarakat.

Berkali-kali saya tak berhenti menyebut "Allahu Akbar", "Subhanallah". Memang sih meski ini bukan ritual agama saya, tapi tetap saja, keberadaan saya di Borobudur untuk merayakan Waisak adalah hal yang 'menakjubkan' dan pasti akan saya kenang seumur hidup :D

Langit yang sepi karena bintang-bintang ngumpet setelah hujan, menjadi bersinar akibat lampion-lampion ini. Lampion satu dengan yang lainnya, seperti teman akrab, ketika diterbangkan, mereka saling mendekati dan 'bercengkrama'. Indahnyaaaaaaaaa yaa Rabb!!

Puas menerbangkan, foto2 dan melihat langit yang penuh lampion, kami tersadar waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Seperti di film Cinderella, jam 'eksis' kami di luar istana sebentar lagi habis.

Lelah? Iya. Lepek? Banget. Lapar? Sangaattttt!! Tapi semua itu seolah terbayarkan dengan perayaan Waisak malam ini.

Seperti judul nya "Kami Berbeda Namun Satu", meski kami semua beragama Islam, bukan berarti 'anti' untuk melihat perayaan agama lain. Dimana kali ini kami menyaksikan umat Budha merayakan hari besarnya.


Sekian cerita saya mengenai liburan kami ke Jogjakarta yang berlangsung mulai tanggal 4-7 Mei 2012. Menyenangkan dan Alhamdulillah ya Allah :)


Sampai jumpa di postingan saya selanjutnya..


*salam-jilbab*

Pulang ke kota mu (bagian 1) #YogyaTrip


Assalamualaikum..

4 Mei lalu, saya bersama teman pencinta jalan-jalan mengadakan trip ke Jogjakarta. Teman-teman ini terdiri dari Dami, Mini, Irvan, Ivo, Erwan, Lily, Pita, Bita, Ajeng, Uci dan Jo.

Kepergian kami ke kota Gudeg kali ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari saya, Dami, Ivo, Irvan, Erwan, Lily, Pita, Bita, Uci dan Jo. Kami menggunakan kereta bisnis Senja Utama yang berangkat dari stasiun Senen yang berangkat 4 Mei pada pukul 19:35 WIB.

Kelompok kedua, yang hanya terdiri dari Mini berangkat dari Bali dengan menggunakan pesawat Garuda. Ia tiba pada 5 Mei (Sabtu pagi). Selanjutnya Ajeng yang saya masukkan kelompok ketiga, sudah berangkat dari 4 Mei pagi.


Kepergian kami ke Jogja kali ini, bukan perjalanan yang 'biasa'. Dimulai dari ocehan Irvan yang mengatakan perayaan Waisak di Borobudur sangat indah ketika kami pulang dari plesiran ke Dieng, membuat kami berpikir "Inilah tujuan jalan-jalan kami berikutnya".

Jadilah saya dan Mini bagian seksi 'repot'. Kami berdua lah yang berjibaku mencari tiket kereta, menguber anak2 untuk tidak telat membayar tiket kereta, dan tentu saja menyewa mobil.

(Untuk ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kawan-kawan atas kerjasamanya)



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

+) Berpetualang di Cave Tubing

Setelah kami berkumpul semua di rumah Ajeng pada Sabtu (5 Mei) pagi, tujuan kita pertama adalah menuju Cave Tubing Gua Pindul. Lokasinya yang berada di Karangmojo, Gunung Kidul membutuhkan waktu PP 3 jam dari Tugu Jogja.

Okay sedikit cerita, rencana ke Cave Tubing ini sebenarnya muncul di detik-detik keberangkatan kami ke Jogja. Lagi-lagi Irvan lah pencetus ide nya. Awalnya saya tidak menyetujui, karena waktu dan medan nya yang cukup melelahkan. Tapi apa mau dikata, ketika dilakukan voting, anak2 seluruhnya setuju. Jadilah kita berangcuuttssssss!

Saya pribadi tidak tahu dengan detail, ada apa saja di Cave Tubing. Tapi rasanya memang lebih baik seperti itu, biar kesannya surpise (bisa juga karena malas gooling sih #eeeaaa)

Mengenai Cave Tubing dan bagaimana sensasi nya selama disana, silahkan dibaca blog teman saya di click here dan ini foto-foto nya:














*bersambung*


Sunday, May 13, 2012

Kau (begitu) Sempurna


Assalamualaikum..

Seharusnya...cerita ini sudah ditulis beberapa bulan lalu, ketika kami masih punya waktu untuk berkontak langsung secara fisik.

Tapi entah mengapa jari jemari ini belum 'siap' beradu dengan keyboard untuk mengetik kata perkata, awal perkenalan saya dengan dirinya.

Di Monggo, aku bertemu Jodoh masa depan LOL



Di tengah malam buta seperti ini, sepertinya ingatan saya kembali ke 24 Februari 2012.

Seperti ini...

Pukul 7 malam WIB, saya yang sudah duduk manis di dalam bus menuju ke Dieng, sedikit terganggu dengan suara cempreng seorang pria manis bernama Miki (Yang belakangan saya tahu, pria manis ini bernama lengkap Geminiky Batsion tp tetap saja itu bukan nama aslinya) yang persis duduk di belakang.

Berhubung suaranya besar dan sedikit cempreng, memang tidak bisa dihindari saya mendengar lah semua ocehannya selama perjalanan. Mulai dari soal roti abon, lalu ketika dia 'pamer' kampus nya di daerah Cikarang, hingga keenganannya makan malam.

Di rest area pertama, saya yang masih ada gengsi nya ini berkata dalam hati "Gue gk akan mau negur orang di belakang ini duluan, karena pasti dia yg menegur duluan". And yaahh benar saja, tak berapa lama, dia mulai mencolek saya.

Miki "Hai namanya kalian siapa" pertanyaan ini dia tujukan kepada saya dan teman di sebelah yang bernama Ivo.




Lanjut pertanyaan kedua, dia menanyakan "Kalian darimana?" Seolah ingin tampak akrab di depan saya, dia langsung melancarkan guyonannya yang sedikit lucu "Kalau aku dari keluarga baik-baik"

Yah disitulah awal perkenalan saya dengan Miki, yang akhirnya saya memanggil dia dengan Mini. Terkesan lebih imut bukan? :D

Singkatnya, selama di Dieng kami saling mengakrabkan diri. Yang saya suka dari Mini, he's funny person! Sesuai slogannya "Aku harus jadi spotlight maaakk dimana-mana" yeah dan usaha itu berhasil di Dieng *krik-krik-krik*



Apakah setelah dari Dieng kami loss contact? BIG NO NOOOO! Kami kian akrab dan intens bertemu, apalagi setelah ketahuan, kantor kami bersebelahan (HAHAHAHAHAA gue seperti jodoh ketemu elo Miniii. Ok please jangan tampar aku ya?? Jodoh bukan berarti menikah lantas punya anak LOL)



Saya masih ingat, beberapa hari setelah dari Dieng kami 'kabur' ke mall Ambassador utk sekedar makan siang di Bakmi GM (Do u remember Mini?? :D)

Lalu kita nonton bareng di Planet Hollywood, nemenin dia suntik ke dokter, dia menemani saya ke dokter kecantikan. Saya enggak akan pernah lupa juga kejadian, dimana dia memegang sangat kuat jemari saya ketika disuntik (SAKITTTT BANGETTTTTTTTTTT tangan gueee), tp seolah gk ingin buat dia khawatir, maka saya tahan2. Tp asli Miniiii, hahahahaa sakitnya kayak diinjek gajah!

Satu hal yang saya rasakan tiap jalan dan ngobrol dengan Mini, dia gk pernah buat saya bosan. Selalu ada aja ocehannya yang buat saya ngakak. Ujung2nya sih gk jauh dari kalimat "Makkk, gue rasa ditakdirkan tanpa jodoh deh, selalu aja laki2 itu pada kabur dan meninggalkan gue"




Jujur saja, ketika dia memutuskan untuk pindah ke Bali rasanya berat banget. Berat karena saya akan merasa kehilangan orang yang asyik, orang baik, orang yang penuh perhatian meski mulutnya pedas seperti cabai. Kalau Mini mau tahu pun, waktu jalan2 cantik kita ke Ragusa dan FX, ini air mata udah ditahan2 supaya enggak jatuh. Tapi akhirnya pecah juga, ketika saya selesai menurunkan dia di depan FX (Alhamdulillah dia gk melihat saya menangis)

Kurang dari seminggu, kami bertemu lagi di Jogjakarta. Saya yang baru tiba dari Jakarta menggunakan kereta, 'memaksakan' diri untuk menjemput dia ke bandara Adi Sucipto. Ditemani Irvan dan sopir teman saya, saya 'ciduk' lah dia. 

Bayangkan baru saja landing, dia sudah bercerita ketemu pria bule hingga leher nya sakit karena menengok ke samping terus-terus an. Tidak cuma itu, dia juga gelisah ketika saya belum nyampai bandara, katanya dia dikira orang Korea "Maaakkk buruaaann, gue takut lama2 ditawar disini."


Perhatian dia ke saya memang tak berubah, waktu di Dieng dia lah yang menenteng saya yg sudah mulai sempoyongan saat mendaki gunung. Dia lah yang menyemangati saya untuk bisa menuju puncak gunung. Itu gak akan saya lupa!!!!


Sewaktu di Jogja pun demikian, dia lah yang selalu ada di samping saya. Selalu muncul ketika saya butuh apa-apa. 

- Rela nungguin saya shalat di Musholla di Borobudur ketika anak2 yang lain asyik belanja LOL

- Melukin saya ketika dia capek karena kelamaan nunggu lampion terbang

- Rebutan cowok ganteng di Borobudur, ternyata itu cowok binan (Ambil deh buat kamu :p)

- Ngangkatin ember dan jemurin cucian saya (sumpaaahhh kamu baik bangeetttttttt ngeettt)

- dan lain lainnya. (Mungkin agak panjang ya Mini, kalau dijelasin disini, tapi aku gk pernah lupa kok apa2 yang telah kamu perbuat ke aku).

Seperti pepatah bilang "Setiap ada perjumpaan, pasti akan ada perpisahan" kamu pikir aku gk sedih ketika harus mengantar kamu kembali ke bandara Adi Sucipto sore itu? selama kita di Plaza Ambarukmo aku gk berhenti2 berdoa dalam hati, semoga waktu berjalan lambat. Ah tp apa daya, Tuhan punya kuasa, mas Parjo mengantar kita ke bandara, untuk kembali berpisah sementara waktu. 

Yeah sementara waktu, karena pasti antara kamu atau aku, akan kembali bertemu, saling mengejek, mendengarkan cerita kamu yang selalu menarik untuk di dengar (terutama soal pria2 tampan itu). Semoga saja pertemuan kita berikutnya, masing2 dari kita sudah bertemu dengan jodoh nya hihihii AMIEEEEEEEEEEEENNN!!!


Mini sayang, 10 hari lagi kamu ultah (aku tahu dong, udah lama ngorek2 dari Dami soalnya :p ), tulisan ini bukan kado kok. Cuma sekedar mengingatkan aku, bahwa kamu cukup berarti. Dan bagiku, orang yang berarti dihidup harus diabadikan lewat tulisan. Seperti yang aku buat ini untuk kamu :)


So, what present do you want from me my beloved brother? Just telling me :) 

Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku
Akan selalu memujamu

Di setiap langkahku
Ku kan selalu memikirkan dirimu
Tak bisa ku bayangkan 
Hidupku tanpa cintamu

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa



Miss you Mini, peluk dan cium jauh dari Jakarta ke Bali :D 



*salam-jilbab*