Thursday, March 28, 2013

Sahabatku, Meri...


Saat sedang menulis ini, hati saya tengah berbahagia. Bukan karena saya telah menemukan tambatan hati yang baru. Bukan, bukan karena itu.

Sahabat saya, yang menghilang beberapa tahun lalu, baru saja menghubungi via telepon. Awalnya memang saya duluan yang mengirimkan pesan singkat kepadanya. Namun, karena format sms di BlackBerry saya, tidak sama di handphone dia, jadi pesan tersebut tidak dia terima.

Oh iya saya lupa perkenalkan namanya. Nama sahabat saya sejak kelas 1 SMA ini bernama Merita Zulfa Kurniasari. Cukup panggil dia, Meri.

Meri: Halo, ini siapa ya, sms nya kepotong soalnya di hp aku.

Adinda: Siapa hayo ini?

Meri: Dari suaranya sih kenal ya. Siapa sih? Dinda ya?

Seketika itu juga, saya ketawa bahagia.

Adinda: Ihhh Meriiiiiiiii, apa kabar? Gue dong hapal gitu no telepon elo. Hahahahaaa...

Percakapan yang tidak lebih dari 15 menit itu, harus terhenti, karena Meri masih harus kembali bekerja. Meri sempat mengatakan, dia menangis ketika tahu yang dia hubungi itu ternyata saya. Saya juga menyampaikan, rindu yang teramat karena memang dulu kami terbiasa bersama. Setiap hari sms an, hampir tiap minggu pergi, hanya untuk sekedar makan atau window shopping.

Rasa-rasanya tidak etis, kalau saya harus memaparkan apa kesalahan yang membuat kami terpisah cukup lama. Namanya manusia pasti punya salah, juga sering melakukan kekeliruan. Hal yang lumrah. Namun, bagaimana kita menyikapinya itulah yang menuntun kita ke jalan yang lebih baik, atau yang lebih enak disebut dengan 'Kedewasaan'.

Pembicaraan singkat dan heboh saya dengan Meri, adalah juga sebentuk potret bahwa persabatan yang sejati itu, tidak akan pernah terpisahkan. Masalah, salah paham, kekeliruan, hanyalah kerikil kecil agar kita semakin kuat, dan saling merangkul erat. Mungkin kalau Meri baca ini nanti, dia sepakat sama saya.

Ada perasaan terharu ketika tadi Meri sempat bilang, "Waktu elo ultah Januari kemarin, gue sms Nda, tapi failed, dan benar saja, elo rupanya udah ganti nomor."

Terharu dan hampir saja meneteskan air mata. Kami mungkin sudah tiga tahun lebih tidak ada komunikasi, tapi dia masih ingat tanggal lahir saya :(

Ah akhirnya, sahabatku yang sempat hilang itu, telah kembali. Dan suaranya tidak berubah tadi di telepon :D


Biglove,

Adinda Bintang